Rabu, 16 Juli 2008

DUNIA POLITIK ITU LUCU, GAK PERCAYA???

Di dunia ini ternyata ada empat hal yang tidak bisa
diduga: lahir, kawin, meninggal, dan ... Gus Dur!
Oleh: Dahlan Iskan

Guyonan itu, rupanya, tidak berlebihan. Meski sudah
banyak yang meramalkan bahwa penampilan Gus Dur di
depan DPR Kamis lalu bakal ramai, toh tidak ada yang
menyangka bahwa sampai seramai itu. Kalau bukan kiai,
mana berani menjadikan pidato Ketua DPR Akbar Tandjung
sebagai sasaran humor? Akbar sejak dulu memang selalu
memulai pidato dengan memanjatkan syukur. Maka, Gus Dur
pun melucu, yang membuat semua anggota DPR tertawa:
syukur memang perlu dipanjatkan karena Syukur tidak
bisa memanjat.

Begitu menariknya, karuan saja pidato presiden kini
banyak ditunggu penonton televisi. Padahal, dulu-dulu
kalau presiden pidato di TV banyak yang mematikan TV-
nya. Begitu tidak menariknya pidato presiden di masa
Orde Baru sampai-sampai pernah para anggota DPRD
diwajibkan mendengarkannya. Itu pun harus diawasi agar
mereka sungguh-sungguh seperti mendengarkan. Untuk itu,
perlu diadakan sidang pleno DPRD dengan acara khusus
nonton televisi.

Mungkin Gus Dur tidak menyangka bahwa suatu saat
dirinya jadi presiden. Maka, di masa lalu banyak sekali
presiden di dunia ini yang jadi sasaran humornya.
Misalnya saat tampil bersama humorolog Jaya Suprana di
TPI tahun lalu. Gus Dur menceritakan, Hosni Mubarak,
presiden Mesir, sangat marah karena seorang rakyatnya
membuat 39 humor yang menyakitkan hati Mubarak. ''Saya
ini presiden, saya bisa hukum kamu, apakah kamu tidak
takut?" bentak Mubarak. Apa jawab si pembuat humor?
''Mohon ampun paduka. Humor ke-40 itu bukan kami yang
membuat!"

Saat itu Gus Dur juga menghumorkan Pak Harto yang
sangat ditakuti, tapi sebenarnya juga dibenci rakyat
banyak. Suatu kali Pak Harto terhanyut di sungai dan
hampir meninggal. Seorang petani menolongnya dengan
ikhlas. Si petani tidak tahu siapa sebenarnya yang dia
tolong itu. ''Saya ini presiden. Presiden Soeharto.
Kamu telah menyelamatkan saya. Imbalan apa yang kamu
minta?" kata Soeharto. ''Pak, saya hanya minta satu,"
jawab si petani. ''Jangan beri tahu siapa pun bahwa
saya yang menolong Bapak."

Presiden Habibie yang doyan bicara itu juga dijadikan
sasaran humor Gus Dur. Suatu saat Gus Dur yang terkenal
gampang tertidur (tapi selalu bisa mengikuti apa yang
dibicarakan orang selama dia tidur) menghadap Habibie.
Sang presiden bicara ke sana kemari tidak henti-
hentinya. Apa komentar Gus Dur? ''Saya sih cuek saja.
Biar dia bicara terus. Toh saya tidur," katanya.

*

Sikap cuek memang ciri khas Gus Dur. Namun bukan
berarti mengabaikan. Dia memang ngotot tetap keliling
negara-negara ASEAN meski banyak tokoh memintanya
pulang (karena Aceh gawat). Bahkan, dia juga tetap ke
AS dan Jepang. Dan, sebentar lagi ke negara-negara
Timur Tengah.

Apakah Gus Dur cuek sungguhan? Saya kira tidak. Gus Dur
tentu tahu bahwa salah satu syarat berdirinya sebuah
negara adalah adanya pengakuan negara lain. Sepanjang
tidak ada negara lain yang mengakui, maka berdirinya
sebuah negara dianggap tidak sah. Nah, Gus Dur bisa
sekalian keliling ke negara-negara itu untuk merayu
mereka agar jangan memberikan pengakuan dulu kepada
Aceh atau bagian mana pun dari Indonesia.

Kalau seluruh negara ASEAN tidak memberikan pengakuan,
kalau AS dan Jepang tidak memberikan pengakuan, kalau
negara-negara Timteng bersikap sama dan demikian juga
negara-negara lain, maka kemerdekaan Aceh belum akan
terjadi. Ini berarti Gus Dur masih punya waktu untuk
negosiasi dengan Aceh. Selama kurun waktu yang pendek
itu, Gus Dur bisa menuntaskan seluruh persoalan yang
selama ini menyebabkan rakyat Aceh marah. Ini berbeda
dengan soal Timtim yang memang tidak diakui dunia >
internasional sebagai bagian Indonesia.

*
Gus Dur memang kelihatan cuek, namun sebenarnya serius.
Gus Dur juga kelihatan sering mbanyol, namun juga
serius. Sikap cuek itu bukan saja tertuju kepada orang
lain, tetapi juga kepada dirinya sendiri.

Suatu saat saya menjenguk Gus Dur yang diopname karena
stroke di RSCM Jakarta. Saat itu saya memang presiden
direktur PT Nusumma dan Gus Dur presiden komisarisnya.
Saya lihat Gus Dur berbaring miring karena memang belum
boleh duduk. Setelah menyalaminya, saya mengucapkan
permintaan maaf karena baru hari itu bisa menjenguk.
''Saya sakit gigi berat, Gus," ujar saya.

Tanpa saya duga, Gus Dur ternyata men-cuekin keadaan
kesehatannya. Dia langsung memberi saya teka-teki yang
ternyata humor segar. ''Sampeyan tahu nggak, apa yang
menyebabkan sakit gigi?" tanyanya. ''Tidak, Gus," jawab
saya.

''Penyebab sakit gigi itu sama dengan penyebab orang
hamil dan sama juga dengan penyebab mengapa rumput
sempat tumbuh tinggi," katanya. Saya masih melongo. Gus
Dur menjawab sendiri teka-tekinya. ''Yaitu sama-sama
terlambat dicabut," ujarnya. Saya langsung tertawa.

Di saat yang lain pesawat yang akan ditumpangi Gus Dur
ke Semarang batal berangkat. Padahal, dia sudah lama
menunggu. Gus Dur biasa sekali antre tiket sendiri.
Meski ada hambatan pada penglihatan, Gus Dur sudah
sangat hafal liku-liku bandara. Saking seringnya
bepergian.

Saat itu di Jateng lagi getol-getolnya kuningisasi. Apa
saja, mulai bangunan sampai pohon-pohon, dicat kuning
atas instruksi Gubernur Jateng Suwardi. Maksudnya agar
rakyat semakin mencintai Golkar.

Maka, ketika para penumpang lain marah-marah, Gus Dur
cuek saja. ''Sampeyan tahu nggak mengapa pesawat ini
batal berangkat ke Semarang?" tanyanya. Lalu, dia
menjawab sendiri pertanyaannya: ''Pilotnya takut,
kalau-kalau begitu pesawatnya mendarat langsung dicat
kuning," katanya. Humor ini kemudian menjadi sangat
populer.

*

Begitulah. Hampir tidak pernah pertemuan saya dengan
Gus Dur tanpa diselipi humor. Sasaran humornya bisa
dirinya sendiri, bisa NU yang dia pimpin, bisa juga
para kiai sendiri.

Pernah Gus Dur punya humor begini: seorang kiai datang
mengeluh kepadanya karena satu di antara empat anaknya
masuk Kristen. Sang kiai mengeluh, kurang berbuat apa
sampai terjadi demikian. Padahal, dia tidak kurang-
kurangnya berdoa kepada Tuhan agar tidak ada anaknya
yang masuk Kristen. ''Sampeyan jangan mengeluh kepada
Tuhan. Nanti Tuhan akan bilang, saya saja punya anak
satu-satunya masuk Kristen!"

*

Kita memang sedang melihat sosok presiden yang amat
berbeda. Ketika dia salah ucap di depan DPR dengan
mengatakan ''tentang pembubaran DPR ... eh, Deppen dan
Depsos..." dengan entengnya Gus Dur menertawakan
dirinya sendiri sebagai penutup kesalahan ucap itu.
''Yah, beginilah kalau presidennya batuk dan Wapresnya
flu!"

Sama juga ketika dia tampil di forum internasional di
Bali. Dengan entengnya, Gus Dur mengejek dirinya
sendiri dengan bahasa Inggris yang sangat baik
bagaimana sebuah negara yang presidennya buta dan
Wapresnya bisu.

*

Dari semua tokoh yang berkomentar terhadap laku Gus Dur
seperti itu, adik kandungnyalah yang bisa memberikan
gambaran tepat. ''Gus Dur itu seperti sopir yang kalau
belok tidak memberi richting dan kalau ngerem selalu
mendadak," ujar Salahuddin Wahid, sang adik.
Tapi, bisakah Gus Dur mengerem Aceh? Gus Dur tentu
sudah mendengar Aceh itu ibarat kelapa. Seperti yang
disampaikan seorang tokoh Aceh di TV. Rakyat adalah
airnya, ulama adalah dagingnya, mahasiswa adalah
batoknya, dan GAM adalah sabutnya.

Tokoh tersebut berpendapat ulamalah yang harus dijaga.
Sebagai ulama, tentu Gus Dur lebih tahu bagaimana
caranya.

Gus Dur punya humor bagaimana harus merangkul ulama.
Suatu saat rombongan ulama naik bus. Ada seorang ulama
yang membuka jendela sehingga tangan si ulama keluar
dari bus. Ini tentu bahaya dan melanggar peraturan
''dilarang mengeluarkan anggota badan". ''Jangan
sekali-kali menegurnya dengan alasan membahayakan
tangan si ulama," ujar Gus Dur. Lalu bagaimana?
''Bilang saja begini: Mohon tangan Bapak jangan keluar
dari jendela karena tiang-tiang listriknya nanti bisa
bengkok!".

*
Lalu, bagaimana sebaiknya sikap DPR setelah dijadikan
sasaran humor Gus Dur sebagai taman kanak-kanak itu?
Sebaiknya dicuekin saja. Kalau DPR ribut terus bisa-
bisa Gus Dur malah dapat bahan humor baru. Misalnya
dengan mengatakan bahwa DPR ternyata malah seperti play
group!
Bahkan, tidak mustahil kalau Gus Dur justru berkata
begini: Kok sampeyan yang tersinggung. Mestinya kan
taman kanak-kanaknya!

Tidak ada komentar: